Persibo Bone Begitu-begitu Saja!

Irzandi Ali
4 min readOct 11, 2020

--

Stadion La Patau Watampone home Persibo Bone.

Kita sering mendengar kampanye Support Your Club Local, sebuah seruan agar dukungan kepada klub-klub lokal tetap bergema di hati, saat dimana klub-klub asal Eropa menjadi kiblat dukungan, kita larut dan selalu mengikuti dalam setiap pertandingan mereka. Membuat candu lalu menimbulkan sikap tidak peduli terhadap mereka klub yang ada dalam negeri sendiri. Parahnya kita selalu pesimis terhadap mereka tanpa memikirkan apa yang sebenarnya membuat mereka tidak mampu menarik minat untuk kita saksikan.

Kampanye Support Your Club Local seiring dengan aktivitas kampanye yang masif seperti di media sosial ternyata bisa membuat kita kini tidak melulu berbicara tentang klub-klub luar dan hanya toh menyaksikan pertandingan liga-liga Eropa (saja) walau sebenarnya kita bisa menyaksikan pertandingan secara langsung klub lokal asal daerah kita dan ikut merasakan atmosfer langsung dalam stadion yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah.

Kita juga sudah bisa bersikap kritis, barangkali dengan menjadi pendukung klub-klub luar Eropa kita ini hanya sebagai pangsa dan segmen pasar yang potensial.

Namun peta persolan tidak sampai di situ saja, pertanyaan yang timbul kemudian dalam kampanye Support Your Club Local adalah bagaimana dengan mereka yang sepak bola asal daerahnya tidak mampu bersaing dan menarik minat dukungan, minim perhatian lalu pendukung lokal justru mendukung klub sepak bola daerah lain. Sangat berbeda dengan klub Indonesia lainnya yang berasal dari pulau Jawa misalnya. Kita menyaksikan pertandingan mereka yang tidak berasal dari ibu kota provinsi tapi bersaing sengit di liga dengan klub yang berasal dari ibu kota provinsi. Persaingan mereka dalam provinsi yang sama.

Di teve misalnya kita bisa menyaksikan pertandingan Persebaya Surabaya dan Arema Malang yang secara lokasi berasal daerah yang sama yakni keduanya berada di provinsi Jawa Timur, Persebaya yang berada di jantung ibukota provinsi nyatanya dapat tersaingi dengan Arema Malang di kompetisi liga, soal prestasi mereka juga bisa berbicara banyak.

Di Sulawesi Selatan sendiri klub sepak bola yang begitu akrab dikenal dan lama melintang di divisi teratas Liga Indonesia adalah PSM Makkassar yang memang terletak di jantung ibu kota provinsi. Sementara jauh dari pusat ibu kota provinsi adapula klub sepak bola yang asal daerah lainnya yang berasal dari Kabupaten Bone yakni Persibo Bone

Untuk klub sepak bola ini jangankan berbicara soal prestasi di Liga Indonesia, ketika Anda mencari “Persibo” yang muncul di tangga teratas dari hasil mesin pencarian di google adalah Persibo Bojonegoro. Bukan Persibo Bone. Dalam sejarahnya sendiri Persibo Bone mulai berdiri pada tahun 1980 namun mereka banyak berkutat di Divisi III Liga Indonesia. Prestasi tertinggi yang paling diingat adalah saat ‘nyaris’ melangkah ke putaran berikutnya pada tahun 2014. Namun pasca kegagalan itu persepakbolaan Bone kian tenggelam namanya dalam percatutan sepak bola Indonesia dan untuk menyaingi ketenaran klub asal daerah Sulsel seperti PSM Makassar, hasrat harus pula dipendam kian mendalam.

Stadion kebanggan Persibo Bone adalah stadion La Patau Matanna Tikka dulu nama stadion kandang mereka adalah nama klub sepak bolanya sendiri, stadion Persibo Bone namun kini stadion tersebut berada dalam kondisi krisis tidak ada lagi perawatan serta infrastruktur stadion yang banyak rusak mungkin kondisi krisis ini seperti mencerminkan kondisi persepakbolaan Bone saat ini, ada beberapa SSB lokal yang melakukan training di stadion itu, tapi dibarengi dengan pemandangan banyak sapi peliharaan warga yang sengaja dilepas dan berada di pekarangan stadion.

Mengenai Stadion La Patau Matanna Tikka yang kini menjadi kandang Persibone yang berkapasitas 15.000 penonton, bayangkan ini mengalahkan jumlah kursi penonton stadion Dean Court milik AFC Bournemouth yang hanya menyediakan 11.464 kursi penonton. Stadion ini pernah menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan usiran PSM Makassar, saat melawan Persijap Jepara dan Persela Lamongan pada 2010. Stadion ini juga pernah menyelenggarakan 3 pertandingan Babak Delapan Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2009–2010. Pembangunan stadion ini sendiri pada tahun 2006 saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Sulawesi Selatan ke XIII .

Pemilihan nama tersebut diambil dari nama salah satu raja di Bone, sebelum La Patau Matanna Tikka menjadi raja Bone, Arung Palakka adalah seorang raja yang memimpin Bone di masa sebelumnya, sekaligus nama yang barangkali dalam historiografi paling banyak dikenal dalam sejarah Bone sendiri.

Bagi masyarakat Bone Arung Palakka adalah heroisme tanpa lawan sebuah cikal bakal yang membuat Persibone dijuluki Laskar Arung Palakka. Bukan tanpa alasan, apa yang diberikannya sangat vital dalam perjalanan Bone sendiri. Namun perdebatan yang kini masih belum tuntas tentang sosok Arung Palakka, bagi masyarakat Bone si Arung adalah pahlawan tetapi karena saat persekutuannya dengan VOC terjalin yang ingin membebaskan kerajaan Bone dari belenggu kerajaan Gowa membuat namanya kerap terpinggirkan dalam teks-teks sejarah paling banter yang ditemukan Arung Palakka ditempatkan sebagai pengkhianat. Sementara Sultan Hasanuddin diidentikkan sebagai pahlawan besar asal Makassar dan telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Jika melihat kondisi saat ini, PSM Makassar yang kini menjadi klub yang begitu mahsyur di Sulawesi Selatan dan menjadi ikonik warga Sulsel juga (bisa) menarik minat dukungan dari banyak daerah lainnya di Sulsel sendiri dan warga Bone salah satunya. Dan ini menjadi satu bentuk kekhawatiran sebab Bone punya klub sepak bola sendiri. Seperti ada benang merah yang menghubungkan dan mengaitkan kisah dua tokoh yang paling diagung-agungkan Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka. Dalam sepak bola apapun bisa disusun dan dihubungkan dengan konteks lain di luar sepak bola itu sendiri. Seperti mengaitkan gol solo run Maradona dengan gerakan Grand-Jete atau mengaitkan sepak bola dengan ideologi Perlawanan Kelas oleh mereka yang tertindas.

PSM Makassar dalam skala nasional telah banyak dikenal khalayak pecinta sepak bola Indonesia sementara Persibone begitu pelik nasibnya.

Sebagai salah kabupaten terbesar dan memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit di Sulsel yakni tujuh ribu penduduk lebih. Tapi sangat sulit menemukan sebelas nama pemain terbaik yang bisa membawa persepakbolaan Bone ke kasta tertinggi. Sepak bola jelas bisa menjadi hiburan dan tontonan warga Bone, kampanye Support Your Club Local akan begitu terjalin.

Seorang bocah yang tengah menyaksikan pertandingan antara Madura United dan Barito Putra saat di tengah menyaksikan pertandingan arah kamera layar kaca tertuju pada seorang bocah yang sebaya dengannya terlihat begitu antusias menyaksikan pertandingan secara langsung di dalam stadion sontak bertanya pada saya : ”Kapan ya Persibo seperti itu?”.

--

--