Nasib-nasib Pasar Tradisional Bone Kini

Irzandi Ali
4 min readOct 11, 2020

--

Kondisi Pasar Dua Boccoe keluarahan Unyi.

Manusia dan Pasar adalah dua entitas yang tidak bisa berpisah, manusia sebagai makhluk hidup betungkus-lumus bekerja mengais rezeki untuk memenuhi segala kebutuhan mulai dari kebutuhan sandang, pangan hingga papan dan, pasar “mengada” sebagai tempat untuk memenuhi segala macam kebutuhan itu. Pasar merupakan tempat pertemuan produsen dan komoditas perdagangan yang membangun relasi-relasi sosial. Ada beberapa berbagai indikator yang bisa membentuk pasar mulai dari pertemuan produsen dan konsumen (relation), harga (price), tempat( location), serta dorongan untuk memenuhi segala macam kebutuhan (needs).

Namun hal-hal di atas belum cukup untuk selalu menjaga keberlansungan sebuah pasar (life circle market). Menciptakan sebuah kepuasan bagi para pembeli di pasar juga membuat orang-orang yang sekadar berkunjung di pasar untuk mencari keramain adalah aspek penting yang harus terpenuhi pada sebuah pasar. Tidak sampai di situ, pasar harus pula dibarengi pembangunan infrastruktur yang memadai, polesan yang bisa membuat para pembeli dan penjual mudah untuk bertransaksi , ditambah perlunya sebuah sentuhan yang bisa membuat pasar terasa nyaman.

Pasar tradisional adalah pasar yang penuh segala serba-serbi di dalamnya, ditambah letaknya banyak berada di desa-desa yang jauh dari perkotaan sebagai pasar yang paling banter masih penuh dengan kekurangan –kekurangan yang perlu dibenahi di tengah-tengah himpitan persaingan dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan tempat-tempat perbelanjaan yang mengusung konsep modern seperti Mall-mall yang berdiri kokoh tinggi menjulang, apalagi bersaing dengan pasar yang penuh kemewahan memakai emblem-emblem hero: Super Market.

Pasar tradisional adalah pasar yang tak memandang bulu konsumen, mulai dari kelas urban sampai kelas menengah ke bawah semua akan di rangkul merata walau posisi pasar tradisional merupakan pasar yang paling rentan terkena monopoli oleh kapitalis, pasar yang merupakan pasar yang sangat sulit tercapainya kesepakatan harga, untuk mencapai titik equalibirum, sebab tidak bisa bertindak sebagai penentu harga (price-maker) yang bisa membuat penjual (baca: produsen) pusing kepalang karena amat sulit menentukan harga untuk menarik pembeli sesuai dengan daya belinya.

Pasar Tradisional Kondisi Parah : Pasar Dua Boccoe, Kelurahan Unyi.

Berjarak kurang lebih dari 30 kilo meter dari pusat kota Bone, Pasar Dua Boccoe di kelurahan Unyi merupakan pasar tradisional yang menjadi pusat perbelanjaan di daerah itu di setiap lima hari sekali, dan menciptakan relasi-ralasi sosial, segala macam transaksi mulai dari urusan makanan, pakaian serta segala macam kebutuhan dari yang primer hingga tersier yang mesti terpenuhi.

Sebagai pusat perbelanjaan warga setempat dalam lanskap infrakstuktur Pasar Dua Boccoe masih jauh dari kata memenuhi standar apalagi program untuk menjadikan pasar tradisional dengan mengusung konsep modern, dari segi tata letak (design layout), konsep awal dan tempat penjualan tidak beraturan juga tidak tertata dengan rapi ditambah belum adanya pengspesifikasian tempat-tempat khusus barang dagangan, diperparah akses jalan menuju pasar sampai ke dalam pasar yang akan tergenang air apabila terjadi hujan karena tidak adanya saluran air sebagai akses untuk keluar apalagi letak pasar yang amat berdekatan dengan Salo Unyi yang banyak membuat pengunjung pasar berkeluh dan membuat penjualan menjadi lesu.

Sebenarnya konsep awal pembangunan dan desain pasar ini merujuk pada Pasar Bengo sebagai pasar percontohan di Kabupaten Bone, awal mulanya Pasar Dua Boccoe terleatak di Desa Uloe namun dengan dalih lokasi sempit dan tidak adanya lahan parkiran (di)jadi(kan) alasan untuk dipindahkan, namun keadaan tak sejalan dengan proyek megah dengan iming –iming proyek ini akan membangkitkan perekonomian di daerah setempat, suntikan teori-teori ekonomi makro dan mikro menjadi bujuk rayu agar masyarakat ingin berpindah namun apa yang didapat proyek yang kebelet lepas landas namun segala persiapan belum matang meninggalkan sekulumit masalah yang menjadi beban yang dipikul pelaku ekonomi setempat.

Tak perlu dalih dan pengkajian yang mendalam, tempat penjualan ikan, sayuran dan berbagai jenis makanan yang aromanya berkontaminasi dengan lumpur kotor jelas mempengaruhi penawaran. Penjualan pakaian yang berhimpitan dengan penjualan makanan jelas mempengaruhi permintaan, hukum penawaran dan permintaan (supply and demand law) oleh Alfred Marshall akan secara perlahan mengalami penurunan dan menjuahi titik pertemuan dan kesepakatan harga (equalibirium) tentu semakin hari semakin membuat ekonomi lesu.

Belum lagi ditambah fasilitas-fasilitas dalam pasar yang sama sekali tidak berfungsi untuk kenyamanan pengunjung, toilet yang tidak berfungsi dan mushola yang tidak terurus. Permasalahan dan kondisi yang dialami Pasar Dua Boccoe hanyalah salah satu bagian dari permasalahan pasar-pasar tradisional yang lainnya di Bone.

Sistem yang Lebih Pro-Kapital

Keberlangsungan hidup pasar tradisional yang tidak mendapat perhatian serta para pelakunya, akan terasa makin sulit bersaing dengan munculnya pusat perbelanjaan yang mulai dari desain dan tawaran harga yang dapat memalingkan minat beli masyarakat. Fasilitas-fasiltas yang disediakan yang kian mewah akan menjadi modal sendiri untuk melakukan hal itu.

Sudah mulai banyaknya pusat perbelanjaan yang mengusung konsep modern semisal Super Market ditambah dukungan pemerintah akan hal itu, regulasi pemanfaatan lahan untuk tempat-tempat perbelanjaan pemiliki pemodal besar semakin licin dibiarkan, tak hanya di pusat kota yang jumlahnya sudah puluhan, kini tempat perbelanjaan semacam ini satu-persatu mulai perlahan masuk kepelosok-pelosok desa, didukung pemahaman minim masyarakat yang menganggap terobosan seperti ini adalah kemajuan di desanya, namun tak disadari hal ini justru akan mengancam keberlangsungan pasar tradisional.

Jika terus terjadi seperti ini, ekonomi kerakyatan yang manjadi visi pemerintah pusat sampai daerah hanyalah sebatas wacana, dan membuat pelaku ekonomi pinggiran yang banyak ditemui di pasar-pasar tradisional akan tenggelam dalam persaingan sulit, sistem ekonomi tidak lagi secara kolektif dan untuk kepentingan orang banyak (public needs) namun lebih mengarah pada ekonomi kapitalis yang di dominasi korporasi dan pasar bebas yang bertumpu pada individualis, eksploitatif dan bertumpu pada kekuatan modal.

--

--